Selasa, 14 Desember 2010

Poetry (this week)


In The Seven Woods
I have heard the pigeons of the seven woods
Make their  faint thunder, and the garden bees
Hum in the lime tree flowers; and put away
The unavailing outcries and  the old bitterness
That empty the heart. I have forgot a while
Tara uprooted, and new commonness
Upon the trhone and crying about the streets
And hanging its paper flowers from post to post
Because it is alone of all things happy
I am contented, for I know that Quiet
Wanders laughing and eating her wild heart
Among pigeons and bees , while that Great Archer
Who but awaits His hours too shoot , still hangs
A cloudy quiver over Pairc-na-lee

by: W.B.Yeath

Artikel


Pendidikan dan Riset Geografi Vs Krisis Lingkungan Global
Oleh Tahmid Fitrianto
Permasalahan pembangunan yang tidak ramah lingkungan dengan sadar ataupun tidak sudah kita rasakan dampaknya saat ini. Diantarnya  adalah pemanasan global (global warming), serta dalam scope lokal seperti banjir bandang di Wasior,  permasalahan ini merupakan akumulasi dari dampak pembangunan yang tidak ramah lingkungan. Kondisi ini diperparah dengan kurang sadarnya masyarakat tentang menjaga lingkungan. Permasalahan bangsa, bahkan dunia ini merupakan persoalan yang tak kunjung ada upaya penyelesaianya.
Sejauh ini bangsa-bangsa didunia hanya mengupayakan pada tataran konseptual dengan berbagai perundinganya seperti konfrensi perubahan iklim di Bali dan konfrensi-konfrensi yang lain terkait dengan isu lingkungan global. Namun, pada tataran pelaksanaan mereka malahan saling menuding siapa yang harus bertanggung jawab dengan kerusakan lingkungan ini. Kemudian, sebagai kambing hitamnya adalah negara berkembang termasuk Indonesia dituduh sebagai biang keladi terjadinya krisis lingkungan global.
Terlepas dari kondisi politik dunia, paper ini akan membahas terkait dengan peran riset geografi termasuk peran pendidikan geografi sebagai transfer keilmuan dengan upaya pencegahan krisis lingkungan lokal maupun global.
Pendidikan Geografi sebagai Agen Pencetak Manusia Sadar Lingkungan
Krisis lingkungan yang kini terjadi merupakan tanggung jawab bersama, tak terkecuali dunia pendidikan. Sebagai agen yang strategis dalam transfer keilmuan, pendidikan dianggap punya kontribusi dalam membentuk kesadaran lingkungan. Dalam konteks pendidikan geografi memungkinkan adanya transfer gagasan yang mengarah pada lingkungan hidup, seperti yang ada di Indonesia kurikulum geografi yang diajarkan disekolah salah satunya bertujuan untuk membentuk perilaku peduli terhadap lingkungan hidup dan memanfaatkan sumberdaya alam secara arif. (Dede Sugandi dan Mamat Ruhimat:2010).
Kesadaran lingkungan terhadap peserta didik akan terbentuk sejalan dengan adanya interaksi antara individu dengan lingkungan hidup serta adanya pengetahuan dan persepsi baru mengenai lingkungan hidup. Dengan melihat proses transformasi yang dilakukan oleh dunia pendidikan hal ini dapat dijadikan pembangunan yang berkelanjutan di bidang lingkungan. Ini dapat terjadi karena pada proses belajar akan terjadi apabila adanya proses pengolahan yang aktif dari pihak belajar. Pengolahan data yang aktif itu merupakan aktivitas lanjutan dari kegiatan mencari informasi dan dilanjutkan dengan penemuan-penemuan baru (Sri Hayati:2010).
Dengan adanya pembangunan yang berkelanjutan dibidang lingkungan hidup pada dunia pendidikan. Hal ini jelas bahwa pendidikan geografi adalah salah satu komponen penting dalam mencetak generasi yang sadar lingkungan sebagai upaya mencegah krisis lingkungan global yang melanda dunia. Selain itu, pendidikan geografi dianggap sangat efektif dalam upaya transformasi kesadaran lingkungan sejak dini karena semua negara di dunia dalam struktur kurikulumnya mengajarkan geografi.
Kontribusi Riset Geografi Dalam Mengurai Krisis Lingkungan
            Kebutuhan manusia terhadap lingkungan yang tidak terbatas menjadikan kompleksitas masalah lingkungan yang dihadapi. Riset geografi saat sekarang ini diharapkan dapat membantu mengurai dan menjelaskan masalah-masalah yang kompleks dalam pembangunan khususnya pembangunan yang ramah lingkungan.

Pendekatan geografi yang meliputi 4 aspek yaitu keruangan (spatial), kelingkungan (ekologi), kewilayahan (regional), serta waktu (temporal) (Hartono:2010). Selain itu didukung oleh sistem informasi geografi (SIG) dalam proses riset geografi, maka secara langsung maupun tidak langsung arah riset geografi dapat memberi kontribusi dalam menganalisis permasalahan lingkungan serta dapat memberikan solusi yang solutif terhadap permasalahan tersebut.
Riset geografi dalam sektor pembangunan yang ramah lingkungan, maupun pembangunan lingkungan hidup khususnya di Indonesia antara lain sebagai berikut:    
1.      Peran geografi dalam pengelolaan lingkungan yaitu pemetaan distribusi kegiatan-kegiatan ekonomi menurut resiko pencemaranya, pemantauan tingkat pencemaran air secara teristik, identifikasi kegiatan ekonomi tertentu yang menyebabkan pencemaran, hingga pembuktian subtantif kejadian pelanggaran lingkungan.
2.      Penelitian geografi di bidang sumberdaya lahan yaitu dengan pemetaan secara reguler dalam rangka pemantauan, monitoring perubahan untuk mengenali adanya pelanggaran dalam penggunaan lahan, ploting perijinan perubahan lahan untuk memantau kesesuaian antara rencana dan implementasi perubaha guna lahan. (R. Rijanta: 2010)
Dan masih banyak lagi sektor-sektor penerapan geografi terkait dengan upaya pembangunan berwawasan lingkungan yang berkorelasi langsung terhadap krisis lingkungan. Dengan berbagai macam riset geografi mengenai lingkungan maka ilmu geografi merupakan tonggak penting dalam upaya pencegahan krisis lingkungan global yang saat ini melanda.

Kesimpulan
Pendidikan geografi sebagai transformasi keilmuan dalam mencetak generasi yang sadar lingkungan serta riset geografi  yang mengarahkan kepada pembangunan yang berwawasan lingkungan. Keduanya merupakan merupakan tonggak penting dalam upaya mengatasi krisis lingkungan global yang semakin terpuruk.



Refrensi:
Formen, Ali. 2010. Green university, mungkinkah?. http://m.suaramerdeka.com

Hartono. 2010. Orientasi Penelitian dan Manfaatnya Untuk Pembangunan Lingkungan. Yogyakarta: Paper dalam seminar “Arah Pendidikan dan Riset Geografi di Indonesia” pada tanggal 16 oktober 2010 di UGM.

Hayati Sri. 2010.  Proporsi Kurikulum Geografi dalam Pendidikan Dasar dan Menengah. Yogyakarta: Paper dalam seminar “Arah Pendidikan dan Riset Geografi di Indonesia” pada tanggal 16 oktober 2010 di UGM.

Mukminan. 2010. Keterpaduan Pendidikan Geografi Pada Pendidikan Menengah dengan Pendidikan Tinggi. Yogyakarta: Paper dalam seminar “Arah Pendidikan dan Riset Geografi di Indonesia” pada tanggal 16 oktober 2010 di UGM.

Rijanta.R. 2010. Kemanfaatan Pendidikan dan Riset Geografi dalam Pembanguna Nasional. Yogyakarta: Paper dalam seminar “Arah Pendidikan dan Riset Geografi di Indonesia” pada tanggal 16 oktober 2010 di UGM.

Ruhimat Mamat, Dede Sugandi. 2010. Tren Pendidikan Geografi Nasional dan di Negara lain. Yogyakarta: Paper dalam seminar “Arah Pendidikan dan Riset Geografi di Indonesia” pada tanggal 16 oktober 2010 di UGM.

Rabu, 08 Desember 2010

ANGKA


Adakah dari kalian yang tak kenal angka? Secara sadar maupun tidak, angka sudah menjadi bagian dari hidup kita. Dengan angka kita bisa mengubah dunia. Angka adalah simbol-simbol yang mewakili nilai. Ditengah dunia yang tanpa rahasia ini angka menjadi sangat penting. Dunia computing yang sudah tidak bisa ditengarai, menjadikan semua orang menatap indah pada angka.
Angka dan Kekuasaan
Banyak sekali manfaat dari angka. Setiap sistem tidak mungkin bergeming dari benda yang satu ini. Pemerintah, organisasi, keluarga, bahkan individu semua aktivitasnya dipengaruhi oleh angka. Dunia geografi yang penuh dengan muatan deskriptif juga tak kalah mengagumi angka. Lantas mengapa?
Informasi saat ini berkembang pesat, akan sangat disayangkan jika informasi yang didapat dibiarkan begitu saja tanpa dicari kebermanfaatannya. Informasi akan menjadi lebih bermanfaat saat ia dikumpulkan (diolah) untuk kemudian dijadikan alat evaluasi untuk bahan perbaikan. Itu idealnya. Tapi yang lebih sering terjadi, informasi matang yang sudah berbentuk  angka digunakan sebagai alat untuk menguasai (as a power).
How about you?

Disampaikan oleh  Yuni Izzati W as a Feedback on Diskusi Kamisan BPMG, Kamis, 9 Desember 2010.